Suku ini memang tidak mengenal R.A. Kartini, tapi dalam kesehariannya
wanita sangat dihormati bahkan memiliki kekuasaan lebih ketimbang kaum
pria. Inilah Suku Mosuo, negeri wanita di China dengan ragam kehidupan
dan budayanya yang unik.
Negara Republik China memang memiliki banyak suku. Salah satu yang
paling unik adalah Suku Mosuo. Suku ini dikatakan unik bukan hanya
karena mereka masih tinggal di pedalamanan atau memiliki bahasa selain
bahasa mandarin. Akan tetapi, budaya matriarchal yang mereka anut serta
tidak mengenalnya ikatan suami istri membuat suku ini punya ciri
tersendiri.
Suku
Mosuo sendiri berdiam di sekitar Danau Lugu. Danau Lugu yang memiliki
keindahan alami menjadi latar belakang kehidupannya yang romantis dan
terbelakang di antara hingar bingar negara tirai bambu ini.
Tertulis keunikan suku ini adalah mereka
menjalin hubungan tanpa nikah bahkan sampai memiliki anak. Oleh sebab
itulah, Danau Laugu juga dikenal sebagai Negeri Wanita.
Dulu, ketika negara China seakan menyianyiakan perempuan, dalam kehidupan Suku Mosuo justru perempuanlah yang memiliki peran tertinggi daripada kaum pria. Asas kehidupan ini masih dianut sampai sekarang. Sampai-sampai ketua adat dalam kaum ini adalah wanita. Meskipun begitu, kaum wanita tidak semerta-merta merendahkan pria Suku Mosuo.
Nah, kalau di Jakarta atau daerah lainnya pria yang mengatur keuangan dan kebutuhan sehari-harinya, di dalam suku ini wanita lah yang memegang kendali. Jadi sang suami hanya bertugas mencari ikan di danau. Ini bukan berarti pria dijajah wanita kan?
Tradisi kuno matriakhal yang dianut oleh Suku Mosuo ini ternyata banyak sekali menarik perhatian wisatawan asing. Terlebih, saat berkaitan dengan hubungan seks mereka. Ya, sangat menarik karena kaum wanita yang sudak akhil balik akan memiliki hak bebas memilih pasangan bahkan berganti-ganti pasangan seksual. Namun, sayang tradisi unik ini sering kali ternoda dengan perilaku wisatawan yang terkadang ingin mengambil kesempatan.
Jangan salah, di Mosuo memang tidak mengenal kata zinah, anak haram, dan seks bebas. Mereka hanya mengenal "Walking Marriage". Sang wanita yang sudah mempunyai kebesan memilih tinggal menunggu pria yang diinginkannya di kamar, kalau tidak cocok sang ratu bisa menolak. Anehnya, semua laki-laki yang mengalami penolakan tidak pernah merasa sakit hati.
Dulu, ketika negara China seakan menyianyiakan perempuan, dalam kehidupan Suku Mosuo justru perempuanlah yang memiliki peran tertinggi daripada kaum pria. Asas kehidupan ini masih dianut sampai sekarang. Sampai-sampai ketua adat dalam kaum ini adalah wanita. Meskipun begitu, kaum wanita tidak semerta-merta merendahkan pria Suku Mosuo.
Nah, kalau di Jakarta atau daerah lainnya pria yang mengatur keuangan dan kebutuhan sehari-harinya, di dalam suku ini wanita lah yang memegang kendali. Jadi sang suami hanya bertugas mencari ikan di danau. Ini bukan berarti pria dijajah wanita kan?
Tradisi kuno matriakhal yang dianut oleh Suku Mosuo ini ternyata banyak sekali menarik perhatian wisatawan asing. Terlebih, saat berkaitan dengan hubungan seks mereka. Ya, sangat menarik karena kaum wanita yang sudak akhil balik akan memiliki hak bebas memilih pasangan bahkan berganti-ganti pasangan seksual. Namun, sayang tradisi unik ini sering kali ternoda dengan perilaku wisatawan yang terkadang ingin mengambil kesempatan.
Jangan salah, di Mosuo memang tidak mengenal kata zinah, anak haram, dan seks bebas. Mereka hanya mengenal "Walking Marriage". Sang wanita yang sudah mempunyai kebesan memilih tinggal menunggu pria yang diinginkannya di kamar, kalau tidak cocok sang ratu bisa menolak. Anehnya, semua laki-laki yang mengalami penolakan tidak pernah merasa sakit hati.
Keunikan Suku Mosuo yang sangat kuno ini
cukup memiliki nama di tengah-tengah kehidupan modern. Mereka hanya
ingin menghormati adat-istiadat yang sudah ada sejak dulu. Berkat
perbedaan gaya hidupnya, pemerintah lokal berusaha menjaga dan mendukung
semua kegiatan Mosuo.
Kini, keunikan budaya Mosuo banyak menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerahnya yang berada di perbatasan China dan Tibet. Selain budayanya yang unik, keindahan Danau Lugu juga menjadi alasan utama. Yah, semoga saja kedatangan para turis ke desa Suku Mosuo bukan untuk mencari kesenangan pribadi.
Kini, keunikan budaya Mosuo banyak menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerahnya yang berada di perbatasan China dan Tibet. Selain budayanya yang unik, keindahan Danau Lugu juga menjadi alasan utama. Yah, semoga saja kedatangan para turis ke desa Suku Mosuo bukan untuk mencari kesenangan pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar