Selasa, 01 Maret 2011

PELAJAR

SIFAT PELAJAR CEMERLANG

Sifat Waro’ maksudnya memelihara diri dari yang haram. Sebagian ulama telah meriwayatkannya sebuah hadis yang berhubungan dengan waro’ dari Rasulullah SAW bahwasanya baginda bersabda yang bermaksud :
“Siapa yang tidak wira’i di waktu belajar, maka Allah mencobanya salah satu dari tiga perkara ; adakala mati dimasa mudanya ; atau ia diberika kedudukan dipelosok; atau ia diuji mentalnya menjadi pegawai pemerintah. Maka sewaktu – waktu penuntut itu lebih wira’i maka ilmunya lebih bermanfaat; belajarnya lebih mudah; dan banyah memperoleh faedah.“
Jadi ada tiga bahaya yang akan menimpa orang yang tidak wira’I diwaktu menjadi pelajar yaitu :
1.Allah mematikan dimasa mudanya, dan ini sebagai qadha mu’allag.
2.Diberi kedudukan dipelusuk yaitu didesa bersama orang – orang bodoh.
3.Diuji mentalnya menjadi pegawai pemerintah yang patuh dan tunduk apa mau kata atasan.

Diantara wira’i hendaknya harus selalu mengurammgi waktu tidur.bahkan jangan sampai banyak membicarakan ilmu yang tidak bermanfaat, karena akan menyia – nyiakan waktu kita sebagai seorang pelajar. Hendaknya menjaga diri dari makanan pasar. Makanan pasar mudah sekali terkena najis dan kotoran,dapat menjauhkan diri untuk mengingat Allah Ta’la dan lebih dekat kepada lupa sehingga menjadi pelupalah diri anda. Demikian juga para fakir miskin melihat makan tersebut tidah bisa membelinya. Jadi tinggal keinginan saja, seningga hatinya merasa kurang enak. Hal itulah menyebabbkan hilangnya keberkahan.
Diriwayatkan bahwa Imam Asy-syekh Al Jalil Muhammad bin Al Fadhal selama belajarnya tidak pernah memakam makanan pasar. Sedangkan ayahnya tinggal dipelisuk desa selalu menyediakan makananya, dimana setiap hari ju’mat dia membiasakan berkunjung ke tempat Syekh Muhammad. Pada suatu hari ayahnya dating melihat roti pasar didalam rumah anaknya. Maka dia tidak mau berbicara pada anaknya karena marah. Melihat ayahnya marah karena roti pasar tadi, kemudian Syekh Muhammad member keterangan pada ayahnya :”Wahai ayah, sebenarnya aku tidak membeli ini dan akupun tidak menyukainya. Tapi roti ini yang membawa adalah temanku.” Sahut ayah :”jika memang demikian, maka berhati – hatilah engkau dan wira’ilah. Jika demikian engkau lakukan, niscaya teman kamu tidak akan membawakan makanan pasar.”
Demikianlah cerita para Ulama zaman dahulu, yaitu senantiasa wira’i. Maka dari itu orang-orang zaman dahulu diberi pertolongan memperoleh ilmu dan menyebarkannya kepada para sanri peenuntut ilmu, sehingga namanya tetap abadi dan harum sampai hari kiamat kelak.
Seorang pakar Fiqih yang sangat zuhud pernah berwasiat kepada para penuntut ilmu:”Hendaklah engkau jauhi perbuatan ghibah (menuturkan kejelekan orang lain) dan duduk-duduk bersama orang yang banyak bicara, ngobrol dan omong kosong.
”Al Fiqih itupun berkata:”bahwasannya orang yang banyak bicara dapat mencuri umurmu dan menyia-nyiakan waktumu.” Sebab banyaknya bicara tidak membawakan manfaat, dengan mendengarka setiap pembicaraannya akan mengurang waktu dan sia-sialah waktu itu tersebut.

Sumber dari buku Seribu Satu Petua Negara seberang.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar